Cerita Debi Sintia: tua hanya soal waktu


Hari ini adalah hari dimna aku mulai menjajaki hal baru dalam hidup, pada tanggal 28 mei 2020 adalah hari dimana aku tertegun sejenak dan mulai kembali merasakan gejolak yang amat banyak, aku bahagia, sedih, bingung, dan berfikir lebih banyak. Hari ini adalah hari dmna usia ku genap 20 tahun angka yang menurutku adalah angka yang paling ku nantikan setelah 17 sedikit bercerita ulang tahun bukanlah budaya yang familiar bagi ku. Menurutku saat ini ulang tahun hanyalah sebuah formalitas yang di ciptakan sebagaian orang agar dapat memaknai hidup ntah itu karena bertambah tua, bertambah dewasa, ataupun berkurangnya jatah usia.

Waktu aku kecil aku sangat membenci kebiasaan yang di lakukan oleh keluargaku, aku terlahir dari keluarga sederhana yang bahagia dengan struktur yang lengkap kala itu, ada bapak, mamak, kakak, dan abang. Ingat sekali aku waktu kecil aku membenci hari ulang tahun, aku benci saat masih kecil semua anak seusia ku merayakan kebahagiaan di hari ulang tahun mereka dengan berpesta ada banyak mainan disana, ada badut yang lucu, dan aku selalu di undang dan datang membawa kado serta menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk dia yang bahkan akupun tidak kenal akrab hanya teman sekelas waktu SD. Aku kesal kenapa orang lain bisa sebahagia itu akan hari ulang tahunnya mereka semua datang untuk mendoakan kebahagiaan dan keselamatan untuknya dan membuat ku berfikir apakah orang lain tidak mendoakan kebahagiaan untukku?

Pernah sekali aku ingat di usia 5 atau 6 tahun aku merayakan hari ulang tahun, abangku membelikan ku kue ulang tahun saat itu tak banyak ku ingat tapi saat itu aku merasa bukan main senangnya. Namun yang membuat ku heran disana hanya ada abang, bapak, mamak dan kue saja. Dimana gaun indahnya ? dimana temanku yang datang mendoakan kebahagaiaan dan keselamatanku? Dimana badut yang lucu dan mainan yang dapat membuat ku tertawa? Kado? Mana kado untukku? Sebuah benda yang di bungkus dengan kertas warna-warni ? kemana itu semua. Yang membuat ku heran malah kue yang aku kira hanya untukku di antar ke rumah tetangga yang bahkan mereka tidak tau alasan kue itu di antar kesana. ini gila, aku bingung kenapa aku tak seperti temanku yang lainnya.

tahun mulai berganti banyak kisah yang terjadi dalam hidup ini, aku tumbuh sehat waktu itu, menjadi anak perempuan  tanpa cacat dengan penuh tanda tanya, masa kecil ku tidak terlalu menyenangkan, kadang aku bermain dan kadang aku kesepian. Aku bertemu satu orang yang baik, bagiku dia adalah orang pertama yang memberi kado ulang tahun untukku waktu itu. Aku lupa apakah sebuah bingkai foto atau buku diary, karena waktu itu dua benda ini lah yang selalu menjadi langganan kami dalam bertukar kado di hari ulang tahun. Berkat dia aku merasakan bagaimana bahagianya mendapatkan sebuah benda yang di bungkus (kalau di ingat-ingat lucu memang). Hanya bingkai dan diary yang sebenarnya akupun bisa membelinya sendiri tapi aku bahagia. Bagiku dia adalah sahabat yang terbaik sejak saat itu terimakasih nyok (panggilan kesayangan kami) tapi kali ini dia panggil aku hyung padahal aku dan dia adalah perempuan efek kebanyakan nonton drakor dan emang pertemanan kami segajelas itu wkwkwk

Semakin kesini aku semakin egois, banyak manusia silih berganti hadir dalam kehidupanku. Aku yang tumbuh menjadi anak remaja makin tak mengerti dengan budaya yang ada. Aku mulai tidak suka dengan acara ulang tahun dan aku tidak pernah mau hadir ke acara ulang tahun manapun aku benci pesta, benci ramai, benci segalanya yang berkaitan dengan itu semua, aku kesal karena hanya mendapatkan satu kado setiap tahun. Yang lebih membuatku kesal adalah keluarga ku sendiri bahkan tidak pernah ingat hari ulang tahunku dan aku benci. Setiap tahun aku selalu mengingatkan mereka bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku biasanya aku cuma dapat hadiah makan di luar bareng bapak atau pergi ke tempat wisata yang aku mau hanya berdua saja tak ada lilin disana, taka ada kue, bahkan tak ada doa yang ku dengar untuk kebahagiaan dan keselamatan ku. Aku yang memiliki usia sangat jauh dari kakak dan abangku pun hanya bisa memberikan kode bahwa ini adalah hari ulang tahunku biasanya mereka cuma bertanya barang apa yang ku inginkan dan barang itu sudah ada di hadapanku tanpa terbungkus, padahal aku hanya ingin merasakan sensasinya menebak isi kado dan membukanya (bahkan jika ku ingat sekarang aku merasa konyol). Pernah juga suatu waktu aku mengingatkan abangku bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku dan dia hanya memberiku uang dan aku disuruh membeli kado untukku sendiri. Saat itu aku berfikir sebenarnya keluargaku ini ingat aku atau tidak sih ? kok mereka bisa bisanya tega tidak memberikan kehangatan di hari ulang tahunku.

Aku yang bertambah usia saat itu juga bertambah pengalaman, seperti biasa manusia datang dan pergi dalam kehidupan ini, teman temanku perlahan berganti. Aku bahagia tuhan mengkaruniakan kemampuan untukku dalam bersosialisasi. Aku sadar betul saat itu tidak semua orang bisa seperti ku. Aku termasuk anak yang suka berinteraksi dengan banyak orang dan berteman dengan ruang lingkup yang kecil, kelompok bermainku hanya berkisar 4-5 orang saja tidak lebih dari itu tapi dari berbagai kelompok. Ya bagiku lebih menyenangkan seperti itu mengumpulkan orang menjadi beberapa kelompok berdasarkan hoby dan frekuensi masing masing dan yang lebih menyenangkannya mereka tetap ada disisiku hingga saat ini walaupun manusia silih berganti hadir dalam kehidupan ini dengan kisah dan tempat yang berbeda –beda.

Saat itu aku bahagia tiap tahun aku tidak hanya mendapatkan satu kado saja, aku mendapatkan kado yang tidak banyak tapi indah kadang aku menangis menerimanya. Aku bahagia mendapatkan barang yang aku suka dan aku inginkan. Aku bahagia mendapatkan barang yang sengaja di buat sendiri hanya untukku aku bahagia mendapatkan kado berbentuk doraemon karena aku secinta itu dengan tokoh kartun ini semua barang itu tetap ku simpan walaupun sudah rusak bagiku semua itu adalah bentuk kepedulian orang lain terhadapku. Tapi aku tetap saja egois, aku tetap ingin seperti anak seusia ku waktu itu, aku ingin di anggap perempuan yang mengenakan gaun yang cantik di hadiri oleh teman-temanku bernyanyi dan bersenang-senang dan berkumpul mendoakan kebahagiaan serta keselamatan untukku.

Hingga aku bertambah umur, aku selalu membuat goals dalam hidupku menyusun setiap mimpi yang ingin ku capai dalam sebuah list, bagiku itu adalah boomerang untukku sendiri aku bahagia saat list nya terwujud dan aku bisa sangat putus asa saat list ku tidak terwujud termasuk sweet seventeen yang ku impikan. Bapak pernah berjanji akan merayakan hari ulang tahunku ku di usia 17 tahun, baginya saat seorang anak berusia 17 tahun sudah mampu menjadi dewasa dan berfikir bijaksana lain denganku yang beranggapan usia dewasa adalah di usia 20 tahun. Ayolah di usia 17 tahun saatnya kita bersenang-senang dan mengenal dunia, berteman dengan banyak orang, menjelajahi dunia, mengikuti banyak kegiatan dan mecari ilmu baru bagaimana mungkin aku bisa berfikiran kolot seperti bapak yang menganggap 17 tahun adalah usia kita harus menjadi bijaksana.

Namun, saat aku menginjak usia 17 tahun aku kembali menjadi manusia menyedihkan tak ada perayaan bahkan yang lebih menyedihkan adalah tak ada keluarga. Aku benci menjadi yang termuda di kelas, di usia 17 tahun aku sudah lulus sekolah dan merantau ke tempat baru, tempat dimana aku kehilangan semua sahabat yang memberikanku semangat  dan kebahagiaan di hari ulang tahunku bahkan aku juga jauh dari keluarga ku yang tidak pernah ingat dengan hari ulang tahunku. Hingga aku berfikir benar kata bapak di usia 17 tahun adalah masa dimana aku harus bijaksana bukan merengek seperti anak anak lain mungkin beliau sadar betul dan bisa meramal bahwa aku di usia 17 tahun akan merantau jauh makanya memberikan nasehat ini padaku. Aku sedih di usia yang bagi anak-anak seusiaku adalah usia emas untuk bersenang-senang dengan sahabat dekat malah meratap mencoba mengulang kisah bertemu orang-orang baru di lingkungan yang asing. Namun, aku kembali berterimakasih pada tuhan sekali lagi karena mengkaruniakan kemampuan dalam bersosialisasi dengan baik, di hari itu adalah kue pertama yang membuatku bahagia, kue berbentuk doraemon yang di bawa oleh dua sahabat baru ku di perantauan, padahal saat itu aku sedang puasa jadi ga ada acara makan kue deh wkwkwk (makasih ya ping dan kak frist membuat hari itu menjadi berkesan), bapak benar usia 17 tahun aku harus sudah bijaksana, di tanah rantau ini aku sadar banyak hal terutama ulang tahun yang sebenarnya bukan menjadi budaya ku, dalam agama islam hari ulang tahun bukanlah pesta, kue, dan kado. Yang ada hanya doa dan meratap bahwa jatah usia hidup di bumi semakin berkurang bahkan aku sadar Kue yang di bagikan untuk tetanggaku pada ulang tahunku dulu adalah bentuk rasa syukur karena aku masih di berikan kesempatan oleh tuhan untuk tetap bernafas hingga saat ini.

Perlahan aku mulai sadar, perayaan ulang tahun memang bukan budaya keluarga sederhana seperti kami, berpesta bukanlah alasan untuk bahagia, tidak mengingat hari ulang tahunku bukan berarti mereka tidak sayang ya hanya saja mereka terlalu sibuk menjadi orang yang dewasa, semua kado tak ada artinya di bandingkan dengan apa yang telah di berikan keluarga ku selama ini dan yang paling penting berdoa atas kebahagiaan dan keselamatan itu tidak meski di hari ulang tahun saja.  Aku mulai belajar bijaksana sejak saat itu, bagiku ulang tahun adalah formalitas bagi manusia untuk berkomunikasi. Dalam sebuah pesta kita akan berkumpul dan bertemu kembali dengan mereka yang sudah jauh bahkan sudah memiliki kehidupan yang baru, ucapan selamat ulang tahun bagiku sejak saat itu adalah ajang basa-basi untuk sekedar memastikan apakah dia yang berulang tahun sedang baik-baik saja disana dengan lingkungan dan teman barunya.

Aku yang menjadikan usia 20 tahun adalah patokan menjadi bijaksana mulai lupa bahwa waktu terus berputar dengan hebatnya, seperti biasa aku tetap menulis wish list, aku tetap bahagia karena impian ku tercapai dan aku juga putus asa dan menyedihkan saat semua tak sesuai rencana. Bagiku hari ini adalah saatnya untuk hidup sewajarnya dan berterimakasih pada sang pencipta bahwa aku masih bisa bernafas dan menulis serta mengungkapkan betapa bahagianya aku hidup selama 20 tahun dan di karuniai keluarga hebat serta di kelilingi oleh orang yang peduli dan sayang padaku. Aku mulai sadar bahwa semua fikiran tentang indahnya sebuah perayaan adalah masalah lingkungan dan pergaulan, seperti itulah budaya yang terjadi saat aku menginjak usia remaja. Aku bahagia bisa menikmati masa-masa indah di temani orang-orang baik dalam hidupku siapapun kalian terimakasih telah membuat aku merasa berharga pernah lahir dan hidup di bumi. Kini bagiku ucapan dan perayaan bukanlah patokan bahwa orang lain peduli denganku, kepedulian itu sudah ada jauh sebelum mereka berniat berbuat baik padaku. Aku sadar betul tidak ada ucapan dan perayaan dalam bentuk apapun di hari ulang tahun dalam agama yang ku anut tapi aku sadar betul bahwa allah mengkaruniakan aku kemampuan bersosialisasi untuk menghargai mereka yang peduli dengan ku, memberikan doa padaku dan memastikan bahwa aku tetap bahagia dan selamat di usia yang tak lagi remaja ini.

Nyatanya tua memang soal waktu, tumbuh dewasa dan menjadi bijaksana adalah pilihan yang akan 
kita letakkan di angka berapa sepanjang perjalanan usia kita yang tidak bisa di tebak akhirnya. Berbahagialah engkau yang memilih dewasa di usia remaja dan berbahagialah engkau yang memilih dewasa di usia yang kau tentukan sendiri angkanya. Kelak kita akan paham menjadi bijaksana tidaklah mudah karena menjadi dewasa adalah sebuah keindahan dan tidak ada keindahan tanpa ada rasa sakit. Aku bahagia menjadi yang termuda, aku bahagia bertemu manusia baik, aku bahagia terdampar dalam lingkungan positif dan aku bahagia bisa memilih kapan aku mau menjadi dewasa. Semua kebahagiaan ini bukan hanya doa yang terkabul di hari ulang tahunku saja, kebahagiaan ini lahir dari harapan dan doa mereka yang peduli dan mencintai aku tanpa pamrih siapapun kalian aku juga akan selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian. Setiap orang selalu menjadi pemeran utama dalam kisah hidupnya sendiri dan aku bersyukur bertemu dengan manusia yang datang silih berganti membentuk kisah baru dalam kisah yang kualami hingga saat ini. Kini aku tak perlu meminta doa dari orang banyak untuk kebahagiaan dan keselamatan ku di tanggal 28 mei karena mereka yang baik akan selalu berdoa tanpa ku minta begitupun sebaliknya.

Support By:

4 komentar untuk "Cerita Debi Sintia: tua hanya soal waktu "

  1. Uchhh😘😘😘 terharuu aku😟😟

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca artikel yang disedikan oleh Blog Cerita Debi Sintia. silahkan baca artikel menarik lainnya ya kak.

      Hapus

Terima kasih telah mengunjungi blog kami! Kami menghargai masukan dan komentar Anda. Mohon isi formulir di bawah ini untuk meninggalkan komentar Anda.