Cerita Debi Sintia: Nikmati saja

Suatu hari kita pernah diam-diam mengambil uang ibu di atas kulkas, lalu kita menyesal dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Lalu kita tumbuh menjadi remaja tanggung dengan tingkat penasaran yang tinggi, dari yang hanya mencuri uang ibu di atas kulkas untuk membeli permen kini menjadi mencuri hati seseorang untuk di sayang. Haruskah kita mencuri? Ucapmu dalam hati, kau yang semakin tinggi kini patah oleh cinta bagimu dunia akan musnah bila hidup tanpa nya hingga kau kembali sadar hiduplah yang ternyata bisa mencabik-cabik fikiran mu. 
Perasaan panik saat suara token listrik terus berbunyi seperti suara sirine ambulans membawa orang sekarat atau bahkan bos di kantor yang menyebalkan dengan segudang tugas tiada henti. Lantas kau terduduk dan terdiam, ini bukan lagi masalah cinta, ini adalah dilema orang dewasa yang terus berjalan hingga tua. 
Biarkan semesta bekerja dengan semestinya, entah kau berusia senja atau tidak, entah kau menua atau tidak, entah kau berdua atau tidak, entah kau punya keturunan atau tidak.
Jangan cemaskan tugas tuhan, selagi kau tau kemana kapalmu akan berlabuh, kemana bunga dandelion akan tumbuh, kemana kau akan kembali, semesta akan menuntun mu dengan penuh cinta.
Kelak kau akan tau kemana tempat untuk mengadu, kemana tempat untuk meminta, kemana tempat untuk memohon, dan kemana harusnya air matamu kau jatuh kan.
Dunia akan tetap penuh warna setiap harinya, akan ada masa dimana hitam dan putih juga akan bergantian hadir disana, tapi kau juga harus percaya bahwa hitam dan putih juga termasuk warna, gelap terang pun keadaannya tak akan bisa di pungkiri bahwa mereka adalah gugusan warna dalam kehidupan.
jangan abaikan, nikmati saja warna itu seperti kau menikmati gelapnya kopi di bawah langit senja, seperti kau menikmati terangnya gumpalan awan cumulus yang terlihat manis seperti kembang gula.
Mengalirlah seperti daun yang di bawa arus sungai hingga pergi ke pantai, terbanglah biar angin membawamu layaknya dandelion yang percaya akan tumbuh subur di tanah manapun. Tumbuhlah disana dengan indah hingga kau kembali mengering dan menghilang seperti sebelumnya, seperti saat kau menjadi bunga dandelion kering yang terbawa angin kembali.

Support By:

Posting Komentar untuk "Cerita Debi Sintia: Nikmati saja"