Cerita Debi Sintia: Jika Kau Terlahir Menjadi Wanita


aku adalah seorang wanita yang terlahir biasa saja dan hidup di tengah keramaian streotype makhluk, terkhususnya manusia. hidup sebagai seorang wanita dalam lingkungan penuh dengan standart dalam segala hal sangat menyiksaku, entah itu dari segi pandangan hingga kepercayaan.

terlahir menjadi seorang wanita sangatlah berat, kau akan hidup di penuhi segala macam tuntutan hidup yang terkadang membuat mu bertanya-tanya mengapa kau harus melakukan itu, untungnya aku tumbuh dan besar di bawah asuhan ayah yang tidak memandang segala macam perbedaan yang ada, dunia ku di bebaskan sesuai dengan apa yang aku mau, tak ada yang namanya paksaan dan aturan yang mengikat seperti kebanyakan wanita pada umumnya.

seiring berjalannya waktu aku yang tadinya hanya gadis kecil kesayangan ayah tumbuh menjadi remaja yang mengenal cinta hingga menginjak usia dewasa. aku kira hidup terlalu bebas untuk ku atur seorang diri, nyatanya semakin berkembang aku faham bahwa fikiran kita yang membuat aturan yang terikat itu, aku yang sangat acuh dan selalu membanggakan pola asuh ayahku kini mulai sadar bahwa aku sangatlah tertinggal jauh, waktu itu aku menginjak usia labil dan gadis seusia ku sangat berbeda sudut pandang dengan ku waktu itu.

ada banyak berbagai jenis standart kecantikan yang harus di miliki seorang gadis remaja usia belasan agar dapat mendapatkan perhatian dari sang pujaan. aku yang saat itu mulai untuk tumbuh dan berkembang merasa standart adalah sebuah hal yang seharunya tak di lewati, namun karena aku memegang prinsip tersebut adalah pertama kalinya aku mengalami penolakan. aku yang tumbuh sebagai anak bungsu waktu itu terbiasa di manja oleh ayah dan saudara laki-laki, hingga retak lah dinding kepercayaan diriku setelah mengetahui bahwa di mata orang yang ku damba aku adalah sesosok gadis yang tidak cocok dimatanya.

aku kesal, aku mulai mencoba dan belajar untuk mengubah segalanya, namun aku tak bisa terbiasa karena memang itu bukanlah aku yang sama. aku yang ingin mendapatkan perhatian malah berubah menjadi orang yang berbeda dan aku cepat sadar bahwa aku tak akan bisa berubah dengan segala kebiasaan ini. aku yang suka main di lapangan membuat kulitku hitam dan aku yang doyan makan membuat tubuhku gemuk, sekuat apapun aku berusaha aku tak akan bisa merubahnya karena aku tidak merasa nyaman akan hal itu.

kian hari aku bertemu banyak orang, segala macam komentar dari yang biasa hingga luar biasa wara-wiri di telingaku seperti kerumunan orang yang berebut diskon di pusat perbelanjaan. lantas bagaimana caranya agar aku tidak lagi mendengar suara sumbang orang yang berkerumun itu ? jawabannya hanya satu, aku harus pergi dari pusat perbelanjaan itu. supaya aku bisa bertemu kembali dengan sepiku dan berkata kepada diriku bahwa aku tetaplah wanita yang jauh dari kata sempurna namun aku cinta akan diriku apa adanya. 

Support By:

Posting Komentar untuk "Cerita Debi Sintia: Jika Kau Terlahir Menjadi Wanita"