Cerita Debi Sintia: Depresi


 beberapa bulan terakhir aku mengalami gejolak tekanan batin yang sangat luar biasa hebatnya, kepalaku dipenuhi suara dan halusinasi aneh. ada yang percaya ada yang tidak tapi aku selalu merasa ramai saat sendirian dalam gelap, akan tetapi pada saat di kerumunan orang ramai aku merasa sendirian. 


anehnya di kepalaku terlalu banyak perintah dan alam bawah sadarku mengkonfirmasi hal itu, aku membunuh diri ku sendiri dengan menanamkan mindset bahwa aku adalah pelaku dari semuanya. aku adalah si pembuat kerusakan dan aku adalah manusia paling merepotkan. 


usiaku hampir menginjak 21 tahun saat ini tapi entah kenapa aku selalu hanyut dalam fikiran anak usia 5 tahun yang tidak peduli dengan apapun. bagiku masa-masa itu sangat indah karena memori duduk bertiga di teras dengan bapak dan ibu masih terekam erat dalam kepalaku. memori itu terekam sangat jelas, momen saat dimana kami duduk bertiga lalu bapak bernyanyi "kapan-kapan kita berjumpa lagi, mungkin lusa atau di lain hari" sangat indah dan aku selalu suka hanyut dalam memori itu.


kembali lagi ku tegaskan usiaku 21 tahun, aku yang selalu pandai berbicara sok bijak di depan teman-temanku tentang quartet life crisis malah kini aku yang mengalaminya seolah meludah dan di telan kembali. wajar menurutku, tapi aneh menurut orang lain. aku kembali dikenal sebagai pribadi yang cengeng dan di olok-olok kakakku aku benci tapi biarlah mungkin itu cara dia supaya bisa kembali dekat denganku.


selama beberapa bulan aku selalu menangis, menangisi banyak hal ibu, rumah, teman, kuliah, organisasi, bahkan lelaki. wajar saja bagiku, aku seorang wanita normal yang membutuhkan segala jenis penyumbang energi untukku menjalani hari-hari. 


temanku seorang wanita pernah berkata "tidak boleh menangisi orang yang sudah mati" aku diam karena mungkin dia belum merasakannya, suatu hari nanti saat ia yang merasakan kehilangan aku akan berkata padanya "ia pasti akan bangga memiliki anak atau sahabat sepertimu" bagiku itu adalah balas dendam terbaik.


disisi lain lagi temanku pernah berkata "kapan lagi mau cari pacar keburu tua, kalau ga sekarang kapan lagi, sini deh aku jodohin" aku diam karena aku manusia yang punya prinsip dan aku yakin ia juga pasti begitu. dalam sebuah hubungan pertemanan atau apapun berbeda prinsip itu wajar, yang tidak wajar adalah memaksakan prinsipnya untuk di anut orang lain dan aku sangat benci perdebatan. 


dalam satu kesempatan temanku pernah berkata "jangan sok suci" tapi saat aku berubah menjadi sepertinya ia malah berkata "ini bukan kamu yang sesungguhnya" ingin rasanya ku robek mulutnya saat itu juga dan berteriak kencang di depan wajahnya "mau kau apa anjeng" agar aku lega, paling mungkin kami akan saling blok di sosial media dan tidak saling sapa saat bertemu fikirku. semua kejadian ini membuat aku krisis identitas dan lupa sebenarnya aku ini manusia yang seperti apa.


nyatanya menjadi dewasa itu tidak mudah, itulah kenapa aku selalu suka hanyut dalam usia kanak-kanak yang masih hafal semua princess yang ada di Disney dan sedih saat menonton toy story 3 di bioskop, bagiku aku adalah kakak dan adik untuk diriku sendiri tanpa bantuan orang lain, karena aku muak dengan semua manusia. satu satunya yang tidak pernah membuatku marah adalah 3 sahabat kecil yang kubangun sendiri dalan imajinasi ku mereka adalah raja, pandu, dan Rahul 3 nama yg sejak kecil aku bayangkan menjadi teman terbaik hingga kini bahkan nama mereka ku tulis dengan sabun di tembok kamar mandiku, tidak ada yg bisa membaca kecuali di siram air. aku suka berteman dengan mereka lucunya adalah waktu kecil teman teman di lingkunganku percaya dengan 3 sosok ini bahkan sampai mengirimkan surat Deby kecil yang sungguh licik hahaha.


selama masa stress ini aku adalah si penakut yang selalu merasakan pusing, gemetar dan nafas tidak teratur saat bertemu orang, mungkin orang menganggapnya berlebihan dan aku benci mereka namun aku selalu bilang pada diriku sendiri bahwa mereka tidak merasakan hal yang aku rasakan. berkali-kali aku di test, di bawah ke tempat aneh, di uji oleh agama bahkan sampai ada yang takut denganku hingga aku menangis karena aku kesal mereka yang aku percaya pun tidak percaya denganku. 


semua candaku di anggap serius padahal mereka merindukan aku yang selalu bercanda, semua seriusku di anggap bercanda padahal mereka selalu menuntut aku serius. aku dituntut menjadi wanita dalam sebuah kesempatan dan di tuntut menjadi lelaki dalam kesempatan yang sama. semua di susun oleh tembok pemisah gender antara laki-laki dan perempuan, bahkan aku dianggap suka dengan pria beristri dan hal-hal buruk lainnya, padahal mereka hanya berbeda prinsip saja denganku.


saat aku menulis tulisan ini pun aku sedang kesal, aku kesal karena bahkan keluarga ku sendiri tidak percaya bahwa aku sedang baik-baik saja dan anehnya sampai membentak dan memaksa, padahal aku merasa sama sekali tidak pernah memaksa mereka untuk melakukan apapun, yang kulakukan hanya meminta dan memohon jika diberi aku bersyukur dan selalu ingat untuk membalasnya walaupun sulit.


saat aku menulis tulisan ini pun aku masih benci keluargaku sendiri, saat mereka selalu memaksa aku dengan ucapan "kamu sayang dengan kami" yang membuatku hampir gila karena aku merasa tidak pernah menuntut apapun dengan meneror kata "sayang". tapi yang pasti selama tulisan ini ku buat aku menjadi benci rumahku dan keluargaku sendiri untuk beberapa waktu, dan pergi jauh dari mereka adalah jalan terbaik menurutku, konon katanya semakin kita jauh dari seseorang kita akan lebih mudah melupakan memori buruk dan mudah memaafkan.


saat aku membuat tulisan ini aku masih menangis karena semua kejadian yang kualami terus berputar dalam kepalaku, jantungku berdetak sekeras mungkin hingga membuatku sesak. aku kehilangan cita-cita dan tak tau harus jadi apa bahkan aku tidak tau apa yang sebenarnya aku butuhkan.


tapi percayalah semua orang pasti pernah merasakan itu. Di usia ini kuliah, kerja, menikah atau apapun aktifitasnya semuanya sama. semua manusia pasti pernah merasakan gejolak batin seperti ini, tergantung bagaimana kita mencari bahkan menjadi support system terbaik untuk diri kita sendiri ataupun orang-orang di sekeliling kita. 


kita tidak pernah bisa menjadi orang lain dan orang lain juga belum tentu bisa menjadi kita. kalau hari ini hidupmu berat, coba untuk keluar rumah lihat semua wajah-wajah lelah di luar sana yang juga sama menyimpan duka tapi mereka sadar hidup terus berlanjut. jadi semangat terus ya :)

Support By:

Posting Komentar untuk "Cerita Debi Sintia: Depresi"