Cerita Debi Sintia: selaras


 

Dahulu waktu aku kecil, bapak pernah berkata jika keluarga tidak bisa menjadi keluarga orang lain bisa menjadi keluarga. Waktu itu aku mengiyakan karena aku masih segumpal daging manusia tanpa pikiran yang luas dan pengalaman yang mumpuni. Bagi bapak hidup ini hanya memiliki satu dari segalanya yaitu pemikirannya sendiri, baginya kemanusiaan di atas segalanya tak ada hal lain yang dapat mengimbangi, baginya jika kita berbuat baik kepada satu orang maka orang itu harus juga berbuat baik pada kita terlepas dari apapun kendala yang menghampiri orang tersebut. Aku nyaris berpikir apakah ini hanyalah pikiran kompleks lelaki dewasa ? apakah semua laki-laki berpikiran seperti ini ? ku coba keluar bertemu dengan banyak laki-laki dan dapat kusimpulkan bahwa bagi laki-laki harga diri di atas segalanya karena mereka menggunakan akal dan logika mereka, serta hal lain yang dapat ku pelajari adalah setiap manusia selalu menganggap dirinya benar termasuk aku kamu dan siapapun yang membaca tulisan ini.

Satu hal yang dapat ku sampaikan kepada siapapun laki-laki yang pernah hadir dalam hidupku dan apapun statusnya, ketahuilah setiap yang ada di dunia ini terjalin berawal dari keseimbangan. Kita tidak bisa memukul rata bahwa kemanusiaan di atas segalanya ataupun agama di atas segalanya, itu semua harus berjalan beriringan agar dapat bediri kokoh, jika hanya salah satunya saja yang berdiri tegak sendirian maka suatu hari nanti mereka akan timpang dan akan roboh secara keseluruhan.

Seperti layaknya lelaki dan perempuan, setinggi apapun derajat lelaki dan seistimewa apapun kedudukan perempuan nyatanya laki-laki dan perempuan harus berjalan beriringan. Tidak ada istilah lelaki atau wanita yang harus sabar tapi keduanya harus sabar, harus paham, dan mengerti bahwa mereka berdua adalah satu kesatuan yang seimbang dan tidak timpang.

Aku tidak menganggap aku adalah orang yang paling benar, sekali lagi ku tegaskan bahwa aku hanyalah manusia dan setiap manusia selalu menganggap dirinya benar. Namun bagiku ketimpangan bukanlah sebuah hal yang patut di banggakan sebagai manusia kita perlu memiliki keselarasan dalam berpikir dan mengambil keputusan. Sama halnya ketika bertindak harus ada keserasian antara hati dan fikiran sehingga keputusan yang ada dapat menjadi keputusan yang terbaik.

Support By:

Posting Komentar untuk "Cerita Debi Sintia: selaras"